Sunday, March 4, 2007


DASAR-DASAR VENTILATOR
Pendahuluan
Ventilator adalah alat bantu nafas untuk memenuhi kebutuhan oksigenisasi pasien supaya kadar oksigen dan status asam basa dalam darah kembali normal.
Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh membuat kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH darah mendekati normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100 mmHg. Kompensai dapat berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau pemenjangan waktu ekspirasi jika terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam darah). Tetapi kompensasi alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar asam basa dalam darah menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-otot nafas dan pasien pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu.
Ventilator memberikan bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang dapat di set menjadi mode bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian.
Mode Bantuan sepenuhnya diantaranya VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV (Control Minute Volume)

INDIKASI PEMAKAIAN VENTILATOR
MODE :

Secara keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu mode bantuan sepenuhnya dan mode bantuan sebagian. Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure control (PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal Volume (VT) sesuai kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume), Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan tekanan SIMV-PS.

>Volume Control (VC)
Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah tidal volume (TV) yang diberikan kepada pasien secara total diatur oleh mesin.
Mode ini digunakan jika pasien tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri dengan frekwensi nafas normal. Karena pada setiap mode control, jumlah nafas dan TV mutlak diatur oleh ventilator, maka pada pasien-pasien yang sadar atau inkoopratif akan mengakibatkan benturan nafas (fighting) anatara pasien dengan mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus diberikan obat-obat sedatif dan pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali efektif. Pemberian muscle relaksan harus benar-benar dipertimbangkan terhadap efek merugikan berupa hipotensive.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya:
TV (Tidal Volume), MV (Menit Volume), Frekwensi Nafas, PEEP (positif End Ekspiratory Pressure), Trigger Sensitivity, FiO2, dan beberapa alarm tanda MV rendah atau MV yang tinggi untuk memberi tanda kemungkinan terjadi kebocoran atau sumbatan sirkuit karena adanya sleem.
TV = 10-12 ml/kgBB
MV = Frekwensi nafas x TV
F = 10-12 x/menit
PEEP = 5-20 cmH2O. standar dibuat 5 cmH2O. Pemberian yang terlalu tinggi dapat menyebabkan resiko barotraumas.
Trigger = Agar usaha nafas tidak dapat terdeteksi oleh mesin, trigger dibuat lebih rendah –20 cmH2O. Semakin tinggi trigger akan semakin mudah mesin membaca nafas pasien dan mesin akan segera memberikan bantuan setiap ada usaha nafas spontan dari pasien. Jika usaha nafas spontan pasien sudah efektif, trigger dapat dibuat mendekati –2 atau 0 cmH2O.
FiO2 = untuk paska intubasi dapat diberikan hiperoksigenisasi dan berangsur-angsur diturunkan dengan patokan nilai saturasi masih di atas 95%
Lower MV = Dibuat 1,5 dibawah MV yang sudah dihitung
Upper MV = 1,5 di atas MV yang sudah dihitung

>Pressure Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian volume, maka pada mode PC target mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan. Mode ini efektif digunakan pada pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode PC diantaranya:
IPL (Inspiratory Pressure Level), Frekwensi Nafas, Trigger Sensitivity, PEEP, FiO2, Alarm batas bawah dan atas MV serta alarm batas atas tekanan (upper Pressure Limit).
IPL = 6-20 cmH2O dan harus selalu di atas nilai PEEP. Semakin tinggi IPL yang diberikan maka semakin besar TV yang dihasilkan. Pengaturan IPL sebaiknya disesuaikan dengan TV yang dihasilkan di layar (display) karena komplience paru setiap pasien berbeda-beda.
F = frekwensi nafas 10-12 x/menit
Trigger sensitivity – 20 cmH2O.
PEEP = 5-20 cmH2O
FiO2 = 21-100%
Lower Upper Pressure = 35 cmH2O

>SIMV
Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah bantuan sebagian dengan targetnya volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan pasien mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak sanggup mentriger mesin, maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai dengan jumlah frekwensi yang sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger dibuat mendekati standar atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk mengawali inspirasi belum kuat dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian mode ini akan mengakibatkan tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami pasien.
Mode ini memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien jatuh apneu maka mesin tetap akan memberikan frekwensi nafas sesuai dengn jumlah nafas yang di set pada mesin.
Tetapi jika kemempuan inspirasi pasien belum cukup kuat, maka bias terjadi fighting antara mesin dengan pasien.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode SIMV diantaranya:
TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan bawah MV.

>Pressure Support (PS)
Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS merupakan mode bantuan sebagian dengan target TV melalui pemberian tekanan. Mode ini tidak perlu mengatur frekwensi nafas mesin karena jumlah nafas akan dibantu mesin sesuai dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari nafas spontan pasien. Semakin tinggi trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin ventilator memberikan bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang diberikan akan semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan ketergantungan pasien terhadap mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya:
IPL, Triger, PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level.
Jika pemberian IPL sudah dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous Positive Air Way Pressure).

>SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode PS. Umumnya digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan berupa volume dan tekanan.
Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama dengan mode SIMV saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya:
TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL, PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.

>CPAP (Continous Positif Airway Pressure)
Mode ini digunakan pada pasien dengan daya inspirasi sudah cukup kuat atau jika dengan mode PS dengan IPL rendah sudah cukup menghasilkan TV yang adekuat. Bantuan yang di berikan melalui mode ini berupa PEEP dan FiO2 saja. Dengan demikian penggunaan mode ini cocok pada pasien yang siap ekstubasi.

WEANING
Proses weaning dimulai jika parameter analisa Gas darah dalam batas normal. Pemeriksaan AGD dilakukan 30 menit setelah perubahan mode atau setting serta pasien tidak sedang dilakukan suctioning.
Tahap perubahan mode dilakukan bertahap sampai mode yang digunakan seminimal mungkin. Tahapan dapat dibuat sebagai berikut:
VC-SIMV+PS – PS- CPAP dan ekstubasi
VC- PS – CPAP atau
PC- SIMV+PS – CPAP

Syarat-syarat Ekstubasi
- AGD dalam batas normal
- Pola nafas, Tekanan darah dan Heart Rate dalam batas normal dengan bantuan support inotropik minimal
- Mode ventilator CPAP dengan bantuan FiO2 minimal
- Faktor penyebab gagal nafas sudah teratasi
- Secara klinis pasien sudah siap untuk dilakukan ekstubasi.


MANAGEMEN PASIEN DENGAN VENTILATOR
- Suctionning
Suctionning merupakan prosedur yang rutin dilakukan untuk membebaskan jalan nafas. Frekwensi yang terlalu sering dapat mengakibatkan produksi sleem menjadi bertambah atau resiko infeksi menjadi tinggi. Tindakan ini dilakukan jika tindakan suctioning memang dianggap perlu sekali karena pertimbangan jalan nafas yang buruk atau jika saturasi monitor mengalami penurunan akibat sleem atau karena penumpukan CO2 dalam darah karena pembuangan CO2 terhambat oleh karena adanya sleem.
- AGD
- Hemodinamik
- Restrain
- Komunikasi

2 comments:

nursingdirectorys said...

silahkan sebagai tambahan reverensi, maaf kalo tidak berkenan.

http://asuhankeperawatan.tk/

Pena Masa said...

Sangat memvantu